TEMPAT INDAH TERSEMBUNYI
Pada tanggal 20 januari 2020 kami maha siswa IAIN Sultan Amai gorontalo akan melaksanakan
PLP 1 di tolinggula papualangi, tepatnya digorontalo uara.
Pagi harinya kami semua peserta PLP 1 berkumpul di Mesjid agung baiturrahman limboto
untuk persiapan berangkat ke tolinggula papualangi. Tepat pukul 07:00 kami apel pagi, ditengah
apel pagi tersebut saya baru ingat bahwa gitar yg nantinya kami pakai untuk hiburan disana
ketinggalan dirumahnya teman saya, yg semalam saya tempati, kemudian saat itu tanpa berfikir
panjang saya langgsung bergegas pergi untuk mengambil gitar itu, tpi tiba² saya dihampiri
seorang teman namanya faradiasa, dia bertanya " epan mo kemana? " lalu saya jawab " mo ba
ambil gitar " kemudia dia kembali bertanya " boleh ana minta tolong mo b print? sekalian mo
batarik ana punya teman pe uang di ATM! " tanpa berfikir panjang saya langsung mengatakan "oh
iyo boleh, manjo sama-sama jo, sekalian mo ba ambil gitar " Kami pun bergegas pergi. Di tengah
perjalanan saya bertanya " dis mo ambil gitar dulu, atau mo b print? " lalu dia menjawab " mo
tarik uang dulu epan, baru ambil gitar " dengan tersenyum saya berkata " ohiya siap-siap ".
Sesampainya kami di ATM bank BRI dia (faradisa) turun dari motor dan langsung masuk
kedalam untuk melakukan penarikan uang, sesudahnya kami menarik uang kami pun langsung
bergegas untuk mengambil gitar dan, sambil melihat-lihat tempat pencetakan yang nantinya
kami mampiri setelah mengambil gitar tersebut. Sesampainya kami di rumah tempat
pangambilan gitar tersebut, saya pun langsung bergegas turun dari motor dan masuk ke dalam
rumah untuk mengambil gitarnya, tapi ketika saya mencoba untuk membuka pintu, pintunya
sangat keras dan sulit untuk di buka, kemudia saya berfikir mungkin pintunya terkunci. Kemudian
saya mencoba mengecek pintu belakang rumah dan ternyata pintu belakang pun terkunci,
saya pun bingung sambil menggaruk-garuk kepala, " aduh! Tan so bagimana mo ba ambe gitar
ini " kemudian tiba-tiba ada seorang ibu-ibu yang datang menghampiri saya, dan ternyata dia
adalah tentenya teman saya yang rumahnya saya tempati semalam, lalu beliau bertanya "kinapa
uti" saya " ini tante! mo ba ambe gitar soalnya ada dapa tinggal, cuman pintu rumah takunci "
Beliau berkata " tida ta kunci itu" Dengan santai beliau membuka pintunya. Dan akhirnya pintunya
terbuka, ternyata memiliki teknik tersendiri untuk membuka pintunya, dengan senyuman dan
rasa malu saya langsung masuk kedalam rumah dan mengambil gitarnya. Setelah mengambil
gitarnya saya pun langsung bergegas pergi dan tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
beliau (tantenya teman saya) karena telah membantu membukakan pintunya untuk mengambil
gitar tersebut. Saya dan faradisa pun melanjutkan perjalan untuk pergi mencari tempat
pencetakan, sepanjang perjalanan kami berdua tidak menemukan satu pun tempat pencetakan
dan akhirnya kami berdua memutuskan untuk mencari tempat pencetakan di area kampus,
akhirnya kami menemukan tempat pencetakan yang baru saja terbuka, tanpa penuh basa basi
si faradisa langsung masuk kedalam untuk melakukan pencetakan , sementara menunggu
si faradisa sedang melakukan pencetakan, saya memutuskan untuk memetik gitar sambil
bernyanyi. Saya menikmati setiap bait dari lagu yg saya nyanyikan, tiba-tiba di tengah lagu,
ditengah nyanyian hp saya berbunyi, saya terkejut dan langsung membuka hp saya. Ternyata ada
panggilan masuk dari seorang teman yg kebetulan dia adalah panitia PLP namanya Awin usman,
kemudian saya langsung mengangkat telfonnya.
Saya " Hallo, kinapa? "
Awin " dimana nga ini? "
Saya " ada ditampa print
Dengan ti faradisa, knpa? "
Awin " wey bale kamri jo ngoni uti
Napa oto somo barangkat, ti
Pak kajur so marah-marah! "
Saya " oh nde oke somo kasana torang"
Dengan panik dan rasa takut. Lalu saya langsung masuk kedalam tempat pencetakan dan
memanggil si faradisa, saya langsung berteriak kepadanya
"Dis dis, manjo somo pigi napa ti awin bilang oto somo barangkat, ti pak kajur lagi so
marah-marah."
Kemi pun segera balik ke mesjid agung baiturrahman limboto (tempat pemberangkatan),
sesampainya kami disana kami melihat semua peserta sudah berada di dalam bis
masing-masing, dan sudah siap untuk berangkat, kemudian tanpa berbasa basi saya langsung
meneju ke 2 bis , tapi tiba-tiba ketua panitia menahan dan memanggil saya. Beliau berkata "
maso jo di bis 1 nt le, soalnya so full di bis 2"
Kemudian saya berkata " ohiyo okok" , saya langsung masuk ke dalam bis tersebut. Setelah
saya masuk saya mengambil kursi paling belakang, dan ternyata disitu saya satu kursi dengan
seorang teman dekat yang kebetulan dia adalah ketua HMJ . Namanya suparmin, dan akhirnya
bis pun berangkat, dengan penuh kebahagiaan saya pun kembali memetik gitar dan sambil
bernyanyi untuk menghibur teman-teman yang berada di dalam bis. Di tengah perjalanan saya
memutuskan untuk tidur dan beristirahat sejenak dan menaruh gitar disebelah saya, tidak selang
beberapa lama saya pun tertidur. Sepanjang jalan saya tertidur, begitu juga dengan teman-teman
lainnya.
Dan saya pun terbangun ketika mobil bus berhenti, ternyata kami sudah tiba dikantor bupati
gorontalo utara dimana kami akan disambut oleh bupati gorontalo utara, dan sekalian membuka
serta melepas kegiatan kita yakni PLP 1 gorontalo yang bertempat di Tolinggula desa limbato.
Singkat cerita saya pun turun dari bis dan terguyur hujan yang lumayan deras, begitu juga
dengan teman-teman lainnya yang berada di bis 2, bis 3, dan bis 4. Kami pun berlarian dan
langsung masuk kedalam gedung untuk berteduh, dan sambil menunggu bapak bupati keluar
dari ruangannya, selang beberapa menit bapak bupati pun keluar dari ruangannya dan langsung
menyambut kami. Kami pun berbaris rapih didepan gedung tersebut bersama bapak bupati
beserta dosen-dosen pembimbing kami.
Setalah acara pembukaan serta pelepasan kegiatan PLP 1 Gorontalo, kami pun berfoto
serta bersalaman dengan bapak bupati gorontalo utara. Setelah itu kami masuk kedalam bis
masing-masing untuk melanjutkan perjalan ke tolinggula desa limbato. Ketika kami semua (para
penumpang bis 1) sudah berada di dalam bis, tiba-tiba masuklah dua orang wanita dimana
mereka ini juga peserta PLP gorontalo, tapi mereka dari kelas kariyawan.
Mereka pun kebingungan mencari tempat duduk, begitu juga dengan kami karena semua
tempat duduk sudah terisi. Akhirnya saya dan suparmin memutuskan untuk duduk di bawah dan
memberikan tempat duduk kami kepada mereka. Kami berdua duduk debawah tepat di depat
pintu masuk bis, kami berdua tidak memiliki rasa penyesalan ketika duduk dibawah, jurtru kami
merasa senang dan nyaman menikmati hembusan angin dari balik pintu bis yg sedang terbuka
lebar.
Setelah beberapa jam menempuh perjalanan, kami pun mampir di sebuah rumah makan yg
sudah dipesan oleh para panitia PLP, akhirnya kami pun beristirahat sejenak disitu, sambil
menunggu makan yg disediakan, saya mengisi waktu istirahat saya dengan berfoto-foto
menggunakan kamera milik teman saya, setelah saya puas berfoto-foto, kemudian saya
memutuskan tidur sebentar untuk memulihkan stamina saya, sambil menunggu makanan yg
sementara mereka panitia sediakan.
Setelah beberapa menit tertidur saya pun terbangun dan langsung pergi mencuci muka, saat
saya hendak mau mengambil makanan yg sudah di sediakan, tetnyata lauknya habis dan
terpaksa saya harus menunggu lagi karna lauknya masih sementara dimasak lagi, yah! Jadi
saya menunggu sambil bercanda tawa dengan ketua panitia dan anggota-anggota lainnya.
saya baru sadar bahwa yg tersisa didalam ruangan ini hanyalah panitia semua peserta sudah
berada didalam bis, kemudian ketua panitia bertanya kepada saya "epan so makan nt?" Terus
saya menjawab "iih bulum ketua" kemudia dia terkejut dan langsung mengajak saya kedapur,
dan langsung menyuruh saya untuk makan "ba sendo jo sandiri nt, capat jo makan, supaya
somo capat pigi" kebetulan lauknya juga baru-baru selesai dimasak, akhirnya saya mekan
bersama-sama para panitia. Disitu saya berfikir, "saya ini hanyalah peserta, bukan panitia tapi
seakan-akan saya merasa seperti panitia" maka disitulah saya dikatakan sebagai peserta rasa
panitia. Kemudian setelah itu kami pun melanjutkan perjalanan menuju tolinggula yakni didesa
limbato, sepanjang jalan saya bersama suparmin menikmati indahnya pemandangan laut dan
pegunungan, tapi saking senangnya menikmati pemandangan, tiba-tiba tas yang berisikan
barang-barang milik suparmin jatuh dan terlontar keluar, dengan tawa dan rasa kasihan meliputi
suasana didalam bis, akhirnya bis pun dihentikan, dan suparmin turun untuk mengambil tasnya
tersebut. Itu adalah hal yg tidak pernah terlupakan oleh saya dan juga suparmin, kemudian kami
pun melanjutkan perjalanan. Tidak selang beberapa lama masalah pun kembali terjadi, mobil bus
yang kami naiki mogok, karna tidak mampu melewati sebuah tenjakkan tinggi, dan akhirnya kami
semua terpaksa harus turun, dan untuk kami laki-laki, disuru mengambil batu untuk mengganjal
roda dari bis tersebut agar tidak berjalan mundur ketika dilepas remnya, karna posisi bis berada
diatas tenjakkan. Bisa-bisa ketika dilepas remnya, mobil akan meluncur kebawah dan jatuh
kedalam jurang yang dalam.
Setelah beberapa menit diperbaiki akhirnya mobilnya hidup kembali, dan kami pun melanjutkan
perjalanan, kemudian ditengah perjalanan masalah baru pun muncul lagi, perut saya tersa sakit,
dan sangat ingin buang air besar, karna saya berfiki tidak ada tempat untuk buang air besar,
akhirnya saya menahannya.
Disepanjang jalan saya terus menanyakan kepada saudari lian, bahwa berapa menit lagi kita
sampai, karna saya sudah tidak tahan lagi menahan beban berat ini, kemudian lian menjawab
"sadiki lagi" akhirnya saya pun kembali menahannya, ketika mulai memasuki wilayah tolinggula,
saya dan teman-teman terpukau akan sumua pohon durian yg tumbuh dimasing-masing kebun
mereka, seumur hidup baru kali ini saya melihat pohon durian secara langsung, saya dan
teman-teman seakan-akan ingin langsung memanjat pohon durian tersebut.
Sesampainya kami dilokasi, yakni di desa limbato kecamatan tokinggula saya bersama teman
saya yang bernama mufrodin langsung turun dari mobil dan segera mencari kamar mandi, karna
berhubung kami berdua sudah tidak kuat lagi menahan derasnya ingin buang air besar, akhirnya
kami memutuskan untuk meminjam kamar kecil dirumah-rumah warga sekitaran desa limbato,
dan kami pun menemukan kamar kecil yg berada tepat di sebelah kantor desa limbato, yg
nantinya sebagai tempat kita untuk berkumpul. Setelah kami berdua buang air besar, saya dan
mufrodin langsung menuju kantor desa, tempat kita untuk berkumpul, akhirnya kami semua
berkumpul, dan langsung disambut dengan ramah oleh kepala desa limbato, setelah acara
penyambutannya selesai, kami pun dibimbing menuju penginapan masing-masing sesuai absen
dan kelompok yang telah ditentukan dan diatur oleh panitia, karna saya belum mendapatkan
kelompok, akhirnya saya memutuskan untuk bersama-sama dengan ketua dan para panitia
lainnya (laki-laki). Berhubung tempat penginapan (laki-laki) terbagi tiga, yakni dikantor desa,
disekolah, dan dimesjid, saya dan panitia lainnya memilih untuk menginap dikantor desa.
Agar lebih dekat dan mudah terjangkau, berhubung dikantor desa adalah tempat inti kita
menjemput makan dan apel pagi. Saya membantu panitia lainnya yang sementara mengatur dan
membersihkan kamar penginapan kami. Setelah mengatur kamar penginapan, saya dan teman
saya, sebenarnya bukan teman, tapi saya menganggap nya saudara. Namanya jein usman di juga
seorang panitia PLP yakni sebagai korlab (koordinator lapangan). Kami berdua membersihkan
WC (kamar mandi) yang berada tepat disamping kamar penhinapan kami, jadi pada malam
pertama itu tepat pukul 08:00 tanggal 20, januari 2020 kami pakai untuk membersihkan seluruh
bagian dalam ruangan kantor desa tersebut.
Setelah semua pekerjaan selesai, saya dan jein usman memutuskan untuk mandi, selesai mandi,
saya membantu mereka dalam pembagian konsumsi kepada masing-masing peserta, dan
setelah itu makan malam bersama panitia lainnya. Pada malam itu mereka semua bagaikan
keluarga untuk saya, keesokan paginya tepat pada tanggal 21, januari, 2020 kami seluruh
perserta beserta panitia siap untuk turun observasi disekolah masing-masing yang telah
ditentukan, kami kelompok 7 diturunkan disekolah MI Muhammadiyah Tolinggula, dan akhirnya kami pun bersama-sama berangkat kesana dengan di temani dosen pembimbing, saya dipilih
sebagai dokumentasi tapi sebelum itu kami apel pagi serta penyerahan duplikat yg nantinya
kami bawa ke sekolah masing-masing yang akan kami observasi. Selesai apel pagi akhirnya
kami pun berangkat, tidak lupa saya pun mendokumentasi teman-teman kelompok 7 sebelum
dan sesudah naik ke dalam bis. Sesampainya dilokasi, kami masih ragu akan sekolah yang kami
singgahi tersebut, akhirnya saya bersama ketua kelompok yakni saudara Gias masuk kedalam
sekolah tersebut, dan menanyakan apakah betul ini skolah MImuhammadiyah Tolinggula tempat
kami untuk observasi. Akhirnya betul, ini adalah sekolahnya, dan kami semua pun turun dan
langsung masuk kedalam. Kami bersama-sama menuju ke ruangan para guru-guru, kami pun
disambut dengan baik oleh mereka, dan kami melakukan wawancara sekitar berapa menit, serta
penyerahan duplikat oleh dosen pembimbing kepada guru yang berada disitu, serta berfoto
bersama mereka para guru-guru serta adik-adik peserta didik disekolah, setelah itu kami pun
melakukan penyerahan serta penanaman bibit pohon jambu air di halaman sekolah tersebut,
semua kegiatan berlangsung beberapa jam, dan saya pun tidak lupa memvideo serta memotret
setiap momen-momen dari semua kegiatan yang kami lakukan disekolah itu.
Setelah selesainya kegiatan disekolah itu, kami pun langsung menghubungi pengemudi bis untuk
segera pulang, saya bersama teman-teman lainnya dan juga ditemani bapak kepala jurusan kami
menunggu bis sampai, dan kami pun tidak lupa mendokumentasi momen-momen seperti ini.
Kami bersama bapak kepala jurusan berfoto bersama di gubuk kecil sambil menunggu mobil
bus datang, dan akhirnya tidak selang beberapa menit mobil bus pun tiba dilokasi, kami pun
bergegas naik, dan balik ke pinginapan masing-masing, sesampainya di kantor desa tempat
saya menginap, saya makan siang bersama-sama dengan teman-teman lainnya dan juga ketua
panitia, selesainya saya makan, saya diajak teman saya yaitu ismet botutihe, inilah momen yang
saya tunggu-tunggu. Yaitu makan buah durian, betapa bahagianya hati saya, setelah makan
siang dan ditutup dengan pencuci mulut, yakni buah durian. Sangat bahagia sekali. Kemudian
saya pun sholat dzuhur dan setelah sholat dzuhur memutuskan untuk tidur siang, setelah tidur
siang, saya diajak para panitia untuk mandi dikali. Akhirnya kami pun menuju kesana, banyak
momen dan keseruan saya daptkan disana. Lanjut malamnya saya kembali membantu para
panitia untuk membagikan konsumsi, dan kemudian makan malam, setelah makan malam
ketua panitia mengadakan rapat evaluasi, rapatnya berlangsung beberapa jam, dan kemudian
selesai rapat evaluasi, saya diajak lagi oleh panitia untuk memanen durian bersama pak ramang
di kebunnya, beliau adalah orang yang sangat baik, beliau rela bangun tepat jam 02:00 malam
untuk memanen durian untuk diberikan kepada kami, kondisi cuacanya juga tidak mendukung,
hujan dan malam yang begitu dingin, dan tepat pada malan itu, kami menghabiskan 10 biji buah
durian montong, dimana duriannya sangat besar-besar dan dagingnya begitu banyak.
Setelah itu kami pun kembali ke penginapan masing-masing dan sebagian tetap tinggal dan tidur
dirumahnya pak ramang.
Keesokan paginya memasuki hari ketiga tanggal 22, januari 2020 kami para peserta PLP akan
mengunjungi spot wisata arung jeram yang berada di desa papualangi kecamatan tolinggula, tak
lupa sebelum berangkan kami apel pagi dan membaca doa, dan akhirnya kami pun berangkat,
sesampainya di lokasi kami pun langsung mengabadikan momennya dengan berfoto-foto, tepat
pada hari itu, kegiatan kami habiskan dengan berfoto. Betapa indahnya tempat ini sampai kami
lupa waktu, setelah itu kami semua pun bergegas kembali ke kantor desa dan ke penginapan
masing-masing. Pada sore harinya kami pun bersama-sama mempersiapkan acara malam
terakhir kegiatan kami PLP 1 gorontalo, acaranya berlangsung sangat meriah, dimalam itu
adalah momen paling berharga dalam hidup saya, saya merasa bahwa seakan-akan kami sudah
turun KKS padal ini baru kegiatan PLP. Begitu membekasnya kegiatan ini.
Keesokan harinya tepat pada tanggal 23, januari 2020 adalah hari terakhir kami di desa limbato
papualangi, pada pukul 06:00 pagi kami dia ajak pak ramang untuk terakhir kali memanen
durian dikebunya, saya begitu sedih seakan-akan tidak mau segera pergi meninggalkan desa
ini, singkat cetita, saya , suparmin, mufrod, dan ketua panitia berangkat ke lokasi bersama pak
ramang untuk memanen durian, sesampainya dilokasi kami pun menyebrangi kali ,tpi saya tidak ikut menyebrangi, karna kondisi cuaca dan air yang begitu dingin
Akhirnya saya memutuskan untuk menunggu mereka bertiga yang sedang memanen durian.
Saya menikmati indahnya pagi yang dengan iklas memanjakan saya, tepat pukul 06:30 matahari
pun terbit dari balik gunung, menambah indahnya pesona pagi hari ini, hembusan angin yang
begitu sejuk, irama suara air yang sedang mengalir mambawa ketenangan hati dan jiwa, serta
hijaunya pepohonan dan birunya langit memanjakan mata, seakan-akan saya telah menyatu
dengan alam, mungkin inilah yang dinamakan surga dunia, begitu indahnya tempat ini, tempat
yang memiliki sejuta keindahan alam, tempat yang belum pernah tersentuh tangan orang lain,
tempat yg belum pernah tetlihat oleh mata, dan terdengar oleh telinga, serta penghuninya yang
begitu ramah. Dan saya menjulukinya Hidden Paradise (surga tersembunyi)..
" Dan itulah cerita singkat saya tentang tempat indah tersembunyi atau dikenal dengan Hidden
Paradise (surga tersembunyi) yang menyimpan banyak keindahan dan membetikan saya banyak
ilmu & pelajaran serta kenangan yang tak terlupakan selama berada di tempat ini"
"Teriam kasih"
Terakhir
